-

Saturday, November 05, 2011

Pabaru Sunda Masih Sangat Minim Perhatian

PERAYAAN Pabaru (Tahun Baru) Sunda Sukra 1 Kartika 1948 Caka di Lap. Parkir Cikapundung Timur, Jumat (4/11) malam berlangsung cukup meriah. Sayangnya, perhatian masyarakat Kota Bandung terhadap kegiatan tersebut masih minim. Itu terbukti dari kurangnya apresiasi serta warga yang hadir. Hanya komunitas tertentu saja yang hadir mengikuti kegiatan tersebut.

Padahal, perayaan Pabaru Sunda itu tergolong cukup berbeda dari perayaan tahun-tahun sebelumnya. Jika biasanya perayaan dilakukan secara sederhana, kali ini cukup banyak seniman dan praktisi budaya Sunda yang hadir mengisi acara. Bahkan secara umum, perayaan tersebut juga sekaligus sebagai momentum langka yang menggabungkan komunitas pencinta kasundaan. Perayaan tersebut juga ditandai dengan mulai berlakunya kalender Sunda.

Perayaan di kawasan Cikapundung Timur itu juga merupakan acara pembuka perayaan tahun baru Sunda. Perayaan yang digagas oleh Komunitas Kabuyutan Sunda dan didukung Brotherhood for Culture, Bandung Death Metal Sindicate, Komunitas Pencinta Karinding, Kabuyutan Braga, Kampung Adat Banceuy dan Sundawani, itu diisi dengan pasaduan atau syukuran. Syukuran itu diwarnai dengan simbolisasi ritual ngalarung, serta dimeriahkan dengan seni tradisional asal Subang, yakni gembyung. Selain itu, juga diisi penampilan sejumlah seniman lainnya, termasuk di antaranya kelompok musik Karinding Attack dan Papperback.

Koordinator Perayaan Pabaru Sunda, Dadang Hermawan menuturkan, kegiatan tersebut merupakan bagian dari upaya menjaga kelestarian budaya Sunda. "Ini bagian untuk tetap menjaga dan terus mengenalkan budaya Sunda kepada masyarakat," kata Dadang disela-sela acara.

Ia menambahkan, puncak perayaan Pabaru Sunda akan dilangsungkan pada 26 November 2011 dengan menggelar Pesta Seni Kebudayaan Sunda. Dadang berharap, kemeriahaan perayaan itu akan semeriah perayaan tahun baru Imlek atau Masehi. Bahkan ia bercita-cita perayaan Pabaru Sunda dan penggunaan kalender Sunda bisa diakui secara internasional.

Diakui Malaysia

Sementara itu terkait kalender Sunda, sebenarnya sudah mendapat pengakuan dari negara lain, salah satunya dari Kerajaan Kelantan Malaysia. Pengakuan tersebut disampaikan keturunan ketujuh dari Sri Ratu Putri Sadong, Raja Kelantan Malaysia, yakni Raja Tengku Putri Anis Raja Sazali. Pengakuan itu disampaikannya pada saat digelarnya pertemuan raja dan sultan se-Nusantara beberapa waktu lalu.

Kalender Sunda sendiri hampir memiliki jumlah bulan, minggu, dan hari yang sama dengan kalender Masehi. Yang membedakannya hanya penamaan nama bulan, minggu, dan harinya. Awal bulan atau bulan pertama pada kalender Sunda ialah Kartika dan bulan ke-12-nya disebut Asuji.

Adapun urutan bulan menurut kalender Sunda yaitu Kartika, Margasira, Posya, Maga, Palguna, Setra, Wesaka, Yesta, Asada, Srawana, Badra, dan Asuji. Sedangkan nama hari dalam kalender Sunda ialah Radite (Minggu), Soma (Senin), Anggara (Selasa), Buda (Rabu), Respati (Kamis), Sukra (Jumat), dan Tumpek (Sabtu). Sementara itu, dalam satu bulan jumlah hari dalam kalender Sunda ada yang berjumlah 29 hari dan 30 hari. (lucky/"GM")**

Artikel yang Berkaitan

0 komentar:

-

Post a Comment